Aku duduk termangu sendiri di Dermaga Sungsang, Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin. Suasana di sini masih tetap tenang, dan air sungai mengalir dengan pelan, mencerminkan keheningan malam yang melanda. Namun, hatiku terasa resah oleh rahasia yang kututup rapat-rapat dalam diriku - cinta terpendam.
Cinta terpendam, kata-kata itu menggema dalam keheningan. Ini adalah cinta yang tak pernah kututurkan pada siapapun, sebuah perasaan yang kurasakan begitu dalam namun selalu aku sembunyikan. Suku Melayu Banyuasin mungkin memiliki tradisi dan aturan yang kuat, dan cinta terpendam ini adalah rahasia yang tak bisa kusampaikan.
Saat malam semakin larut, aku merenungkan sosok yang menyebabkan cinta terpendam ini. Mungkin kami hanya bersiluet dalam kenangan, atau mungkin kami masih bersama, tetapi tidak dalam cara yang aku harapkan. Meski begitu, aku tidak pernah berani mengungkapkan perasaanku, takut akan konsekuensinya.
Aku tahu bahwa terkadang, cinta terpendam bisa menjadi beban yang berat. Namun, di tempat yang tenang ini, di Dermaga Sungsang, aku merasa sedikit lega untuk merenungkan perasaanku yang selama ini tersembunyi. Aku tahu bahwa mungkin suatu hari nanti aku harus menghadapi kenyataan, entah itu dengan mengungkapkan perasaanku atau merelakannya pergi.
Saat aku menatap air yang berkilau di bawah cahaya rembulan, aku merasa berharap bahwa cinta, terpendam atau tidak, akan membawa aku pada jalan yang benar. Aku, Maya, perempuan Melayu Banyuasin, siap untuk menghadapi perasaan ini, meski tak tahu bagaimana ceritanya akan berakhir. Hidup terkadang penuh dengan rahasia dan misteri, dan mungkin, satu hari, rahasia cinta terpendam ini akan menemukan jawabannya sendiri (***)
Posting Komentar