Aku, Maya, seorang perempuan muda berusia 25 tahun, ingin menceritakan tentang kemarahanku saat seseorang masih membicarakan mantan pacarku di hadapanku. Bagiku, mantan adalah masa lalu yang tak ingin aku lagi kenang. Tidak ada cinta lagi terhadap masa lalu yang telah berlalu dan membuat hatiku hancur. Jadi, ketika seseorang dengan lugu atau sengaja menyebut nama mantanku di depanku, hatiku mendadak terasa seperti terjepit dalam kesedihan dan kekecewaan.
Pada suatu hari, ketika sedang berkumpul bersama teman-temanku, tiba-tiba salah seorang dari mereka memulai cerita tentang mantanku dengan nada antusias. Aku mencoba tersenyum, berusaha menunjukkan seolah tak apa-apa, tapi sesungguhnya hatiku merasa teriris-iris. Aku ingin sekali menghentikannya dan memberitahu mereka betapa menyakitkan bagiku mendengar hal tersebut, tapi aku tak ingin menimbulkan ketegangan di antara kami.
Mungkin bagi beberapa orang, membicarakan mantan adalah hal yang biasa dan tak berarti apa-apa. Tapi bagiku, itu adalah bagian dari hidupku yang telah usai dan harus tetap tinggal di masa lalu. Aku telah melewati perasaan kesedihan, kekecewaan, dan proses penyembuhan hati setelah hubungan itu berakhir. Jadi, mengapa harus diingatkan lagi dan lagi?
Ketika seseorang membicarakan mantanku, rasanya seolah mereka tak menghargai perasaanku. Mungkin mereka tidak tahu seberapa dalam luka yang pernah aku alami. Atau mungkin mereka berpikir bahwa aku sudah move on sepenuhnya. Tapi sejujurnya, hatiku masih rapuh ketika menyentuh kenangan itu. Aku ingin dihargai, aku ingin mereka mengerti betapa sensitifnya topik itu bagiku.
Meski rasa marah dan kesal selalu menggebu di dalam hati, aku mencoba untuk tetap tenang. Aku berusaha tidak menunjukkan betapa terganggunya aku dengan pembicaraan tentang mantanku. Aku belajar untuk mengendalikan emosi, tapi terkadang rasa sakit itu terlalu besar untuk disembunyikan. Aku ingin mereka tahu bahwa aku bukanlah robot yang tak merasakan apa-apa.
Aku pun pernah mencoba berbicara jujur kepada beberapa orang dekatku tentang perasaanku terhadap topik ini. Beberapa dari mereka dengan pengertian mendengarkan keluh kesahku, dan aku merasa lega bisa berbagi perasaan itu. Namun, tak jarang ada juga yang meremehkan perasaanku, menganggap remeh bahwa aku masih terpukul oleh masa lalu.
Aku harap seseorang bisa memahami betapa pentingnya untuk tidak membicarakan mantanku di hadapanku. Aku tak ingin kembali terluka dan terombang-ambing dalam kenangan yang pahit. Aku ingin fokus pada masa depan dan mencari kebahagiaan yang baru. Aku percaya bahwa di luar sana, ada seseorang yang pantas dan akan menghargai hatiku sepenuhnya.
Jadi, tolonglah, jangan sebut mantanku di depanku. Biarkan masa lalu tetap menjadi masa lalu. Aku ingin bangkit dan melangkah maju dengan penuh semangat. Aku ingin menjadi lebih kuat dari sebelumnya dan membangun cerita cinta yang baru, yang tidak lagi melibatkan mantan (***)
Posting Komentar