Aku duduk di sebuah kafe yang nyaman dekat SPBU Pangkalan Balai, menyeruput kopi di malam yang penuh sinar rembulan. Di usiaku yang baru menginjak 25 tahun, aku merenungkan peran perempuan di tengah pusaran politik, terutama di lingkungan seperti Kota Pangkalan Balai.
Sinar rembulan menerangi malam dengan lembut, menciptakan suasana yang tenang namun memikirkan banyak perasaan dalam diriku. Aku tahu bahwa politik bukan lagi domain eksklusif kaum pria. Semakin banyak perempuan yang terlibat, memengaruhi dan menciptakan perubahan dalam arah dan kebijakan yang kita pilih.
Sebagai perempuan Melayu Banyuasin, aku merasa tanggung jawab untuk berperan aktif dalam politik dan memastikan suara perempuan didengar. Terkadang, politik bisa menjadi lingkungan yang keras dan kompetitif, tetapi aku merasa bahwa perempuan memiliki pandangan yang berbeda yang dapat membawa pemikiran yang lebih seimbang dalam pengambilan keputusan.
Sambil menatap secangkir kopi, aku memikirkan betapa pentingnya pendidikan politik dan partisipasi perempuan dalam proses pemilihan umum. Aku ingin melihat lebih banyak perempuan, terutama generasi muda, terlibat dalam politik lokal, menduduki posisi penting, dan berperan dalam merancang masa depan kota kami.
Namun, aku juga sadar bahwa perjuangan untuk pengakuan dan peran perempuan dalam politik belum selesai. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi, termasuk stereotip gender dan diskriminasi. Akan tetapi, aku percaya bahwa dengan semangat dan kerja keras, kita bisa merubah pandangan dan menciptakan perubahan yang positif.
Di malam yang penuh sinar rembulan ini, aku merasa semakin termotivasi untuk terlibat aktif dalam politik, berjuang untuk hak dan kesejahteraan perempuan, dan membantu menciptakan lingkungan politik yang lebih inklusif dan beragam. Aku, Maya, perempuan Melayu Banyuasin, siap untuk berperan dalam menciptakan perubahan yang kami inginkan, tidak hanya untuk diri kami sendiri, tetapi juga untuk generasi perempuan berikutnya (***)
Posting Komentar