Sedih Itu Ada Batasnya

 


Aku, Maya, seorang perempuan muda berusia 25 tahun yang tumbuh dalam kehangatan iman Islam. Setiap pagi, sinar matahari menyapa wajahku dengan lembut, mengingatkanku pada rahmat Allah yang tak pernah padam. Dalam setiap langkahku, terdengar bisikan doa yang kuhembuskan, memohon petunjuk-Nya dalam menjalani hidup yang singkat ini.


Dalam perjalanan hidupku, aku menyadari bahwa "sedih itu ada batasnya". Allah menciptakan segala sesuatu dengan hikmah yang mendalam. Dalam setiap cobaan yang Kau anugerahkan, aku belajar untuk menjaga hatiku tetap tabah. Terkadang, aku merasa terhempas oleh ombak kesedihan, namun selalu ada cahaya yang bersinar di kejauhan, mengingatkan bahwa Allah Maha Mengetahui dan Maha Pengasih.


Saat aku menghadapi tantangan, seperti saat aku harus merelakan kepergian orang yang kusayangi, aku merenungkan bahwa Islam mengajarkan tentang setiap jiwa akan merasakan pahit dan manisnya dunia ini. Dalam kesedihan itu, aku menemukan kekuatan dari iman yang teguh, meyakini bahwa setiap ujian adalah pelajaran yang berharga untuk menjadikan diriku lebih baik.


Dalam keseharianku, ketika senja menjelang dan kusebut asma Allah yang penuh dengan makna, hatiku merasa damai. Aku mengerti bahwa sedih adalah bagian dari hidup, tetapi juga harus kuhormati batasnya. Aku mengambil pelajaran dari kisah Nabi Ayub yang tegar di tengah badai ujian, mengajarkan bahwa kesabaran dan tawakal adalah kunci untuk menghadapi segala liku kehidupan.


Meskipun sedih kadang datang melanda, aku tahu bahwa dengan iman dan doa, aku bisa menghadapinya dengan penuh ketenangan. Aku merasa terlindungi oleh kasih sayang Allah, dan dalam tiap langkahku, aku berjalan dengan keyakinan bahwa "sedih itu ada batasnya" dan di baliknya ada pelajaran dan rahmat yang tak terhingga (***) 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama