Aku duduk sendiri di sudut kafe yang nyaman, memandangi jendela besar yang memperlihatkan gemerlap lampu kota di malam yang temaram. Hembusan angin sepoi-sepoi menusuk kulitku, merangkul tubuhku dengan lembut. Aromanya harum, campuran antara kopi hangat dan hujan yang baru saja turun. Sesaat, aku membiarkan mataku mengitari ruangan, menyapu setiap detail dengan penuh rasa ingin tahu.
Di usiaku yang menginjak 25 tahun, aku merasa telah menemukan potret diriku yang sesungguhnya. Maya, begitulah aku dipanggil. Seorang perempuan muda keturunan Suku Melayu Banyuasin, tumbuh besar di tengah gemuruh alam dan riuh kesederhanaan Orang Pangkalan Balai, Kabupaten Banyuasin. Dalam tatapanku, memancar kekuatan dan keteguhan yang kuat, sebagai cermin dari perjalanan hidup yang telah kulalui.
Lewat jendela itu, kulihat gemerlap kota seperti benang-benang cahaya yang membelah gelapnya malam. Aku teringat bagaimana kegelapan pernah melingkupi jalan-jalan kampungku, namun aku tak pernah gentar. Semangatku adalah cahaya yang mengusir ketakutan, membimbingku melewati setiap rintangan.
Dalam setiap tetesan kopi yang kuhirup, terasa getaran ketangguhan yang kian mengakar dalam diriku. Aku telah menghadapi badai dan hujan, dan seperti hujan yang tadi turun, aku belajar bahwa setiap tetes bisa menjadi pelajaran berharga. Aku belajar dari kegagalan dan kesalahan, mengumpulkan kekuatan dari puing-puing harapan yang hancur.
Pakaianku, sederhana namun penuh keanggunan, mencerminkan identitasku yang kuat dan tak tergoyahkan. Sangatlah penting bagiku untuk tetap menghormati akar dan budaya leluhurku. Di tengah derap modernitas, aku adalah penjaga api suci tradisi.
Dengan tangan yang terlipat di atas meja, aku merenung tentang tujuan-tujuanku. Aku memiliki impian besar yang menjulang tinggi seperti gedung-gedung pencakar langit di depanku. Aku ingin menjadi inspirasi bagi perempuan-perempuan muda di kampungku, membuktikan bahwa impian tak mengenal batas apapun.
Ketika sorot mataku kembali ke jendela, hujan mulai mereda dan langit perlahan memperlihatkan jejak fajar. Aku tersenyum, merasa bahwa setiap malam yang temaram akan selalu diikuti oleh mentari yang bersinar terang. Aku adalah perempuan muda yang tangguh, siap menghadapi apapun yang datang, dan dengan keyakinan penuh, aku akan terus berjalan menelusuri jalan hidup yang penuh warna (***)
Posting Komentar