Mengapa Perempuan Sering Dianggap Sebagai Warga Kelas Dua?

 

Aku duduk sendirian di taman kota Pangkalan Balai, senja mulai merayap pelan. Sinar matahari terakhir menjentikkan sentuhan hangat pada kulitku, tapi ada sesuatu yang lebih dalam yang memikat perhatianku. Aku merenung, sambil berusaha mencari jawaban atas pertanyaan yang selalu menggelitik hatiku: "Mengapa perempuan sering dianggap sebagai warga kelas dua?"

Pandangan mataku melayang jauh ke kejauhan, melintasi lapisan langit yang perlahan berubah warna. Aku membayangkan perjalanan panjang yang telah ditempuh oleh perempuan-perempuan hebat di sepanjang sejarah. Mereka seperti titik-titik cahaya yang menghiasi garis waktu, membuktikan bahwa perempuan mampu menorehkan jejak dan meraih prestasi yang setara dengan laki-laki.

Namun, sayangnya, terkadang kesetaraan itu hanya sebatas angan. Di tengah hiruk-pikuk masyarakat modern ini, aku sering merasa bahwa langkah-langkah besar perempuan masih sering diragukan. Tidak jarang aku mendapati ekspresi meragukan ketika aku berbicara tentang mimpi-mimpiku, tentang ambisi untuk mengejar karier, atau bahkan hanya ketika aku berbicara dengan penuh keyakinan.

Duduk di taman yang semakin redup, aku merenung tentang bagaimana stereotip dan norma sosial begitu erat memeluk perempuan. Kadang-kadang, sepertinya perempuan dianggap hanya sebagai pemanis dalam kehidupan, dianggap lebih cocok berada di belakang layar atau mempersembahkan diri untuk melengkapi keberadaan laki-laki. Padahal, aku percaya bahwa perempuan memiliki potensi yang tak terbatas untuk berkontribusi pada semua aspek kehidupan.

Sementara aku mengamati kelopak bunga yang perlahan menutup, aku berpikir tentang tantangan yang terus dihadapi oleh perempuan dari segala usia dan latar belakang. Tantangan untuk membuktikan diri, untuk mematahkan ekspektasi yang terkadang menghambat langkah maju. Tapi, aku juga merasakan semangat yang menggelora dalam diriku dan banyak perempuan lainnya. Semangat untuk membuktikan bahwa kita adalah lebih dari sekadar "kelas dua". Kita adalah kekuatan yang mampu merobek batasan dan menjelajahi wilayah yang belum pernah terjamah sebelumnya.

Saat matahari benar-benar terbenam dan malam mulai merayap, aku merasa semakin kuat dalam tekadku. Aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan terus berjuang, tidak hanya untuk diriku, tetapi untuk semua perempuan di luar sana yang merasa seperti aku. Kita mungkin telah dianggap sebagai warga kelas dua oleh banyak orang, tetapi bersama-sama, kita akan mengubah pandangan ini. Kita akan membuktikan bahwa perempuan memiliki nilai yang tak ternilai dan mampu mengubah dunia dengan kekuatan pikiran, tekad, dan cinta (***) 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama