Aku, Dia, dan Mantannya

 


Aku duduk sendiri di teras rumah panggungku yang berdiri kokoh di salah satu sudut Kota Pangkalan Balai di malam yang cerah. Cahaya bulan purnama menyinari langit, membuat bintang-bintang tampak begitu jelas. Aku memadu pandang dengan gemintang yang bersinar paling terang, seolah-olah mencari jawaban atas kebingunganku. Dalam kesunyian malam, angin sepoi-sepoi berbisik lembut pada rambutku yang tertutup hijab, seakan mengantar pesan-pesan yang tak terdengar.


Pemandangan di sekitarku begitu tenang dan damai. Heningnya malam hanya terpotong oleh suara jangkrik yang bernyanyi riang di rerumputan. Aku merenung jauh, membiarkan pikiranku terbang bebas seperti burung-burung yang bermain di langit. Ingatan tentang dia muncul dalam benakku, mengusik ketenangan yang kudapatkan dari suasana malam ini.


Dalam lamunan, aku kembali mengingat wajahnya yang dulu begitu dekat dengan diriku. Mata cokelatnya yang penuh dengan kehangatan dan senyumnya yang selalu berhasil meredakan segala keresahanku. Kami pernah berjalan bersama di tepian sungai, menikmati senja yang indah sambil berbagi tawa dan cerita. Namun, waktu berjalan begitu cepat, dan takdir mempertemukan kami dengan jalan yang berbeda.


Saat hatiku mulai merasa nyaman dengan kenyataan yang baru, dia kembali muncul dalam hidupku. Mantan kekasihnya yang datang dengan tiba-tiba, mencoba merayu hatinya kembali. Aku merasa seperti terjebak dalam tiga sudut pandang yang berbeda: aku, dia, dan mantannya. Aku merasa cemburu dan ragu, tapi dalam hati kecilku, aku tahu bahwa cinta sejati tidak pernah hilang begitu saja.


Aku menghela nafas dalam-dalam, mencoba meredakan gelombang emosi yang menerpa. Terkadang, aku ingin menghadapi mantannya, menunjukkan bahwa aku pun memiliki tempat istimewa di hatinya. Namun, di sisi lain, aku juga ingin memberikan kebebasan pada dia untuk membuat pilihannya sendiri. Aku tak ingin menjadi orang ketiga yang merusak kedamaian dan kebahagiaan mereka.


Malam ini, di teras rumah panggung ini, aku merasa seperti seorang pahlawan dalam cerita yang rumit. Aku ingin mengungkapkan perasaanku, namun takut akan akhir yang tak sesuai harapan. Aku tahu, perjalanan ini belum berakhir. Aku masih harus menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam hatiku. Namun, pada malam ini, aku memilih untuk menyerahkan segalanya pada waktu dan takdir, sambil terus memandangi langit yang begitu indah di depanku (***) 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama