Aku duduk di teras rumah panggungku di Jalan Merdeka, Kota Pangkalan Balai, Kabupaten Banyuasin. Sebuah kota yang tenang dan penuh dengan kenangan masa kecilku. Sambil menikmati embun pagi yang masih segar, pikiranku melayang jauh ke dunia politik tanah air. Hari ini, topik yang sedang aku renungkan adalah "Pemilihan Presiden: Antara Demokrasi dan Dinasti Politik."
Usiaku baru menginjak 25 tahun, dan sebagai seorang perempuan Melayu Banyuasin, aku merasa penting untuk memahami peran dan tanggung jawabku dalam proses demokrasi negara ini. Sambil duduk di teras rumah, aku merenung tentang bagaimana demokrasi menjadi inti dari sistem pemerintahan kita. Pemilihan presiden adalah momen krusial di mana kita, sebagai warga negara, dapat berpartisipasi dalam proses demokrasi ini.
Namun, di dalam benakku, aku juga teringat akan isu yang selalu mengemuka, yaitu dinasti politik. Dinasti politik, di mana keluarga-keluarga politik memegang kekuasaan secara berkelanjutan, sering kali membuatku merasa khawatir. Apakah demokrasi benar-benar berfungsi dengan baik ketika kita melihat banyak keluarga politik yang terus-menerus mendominasi panggung politik?
Sambil menatap indahnya alam di sekitar rumahku, aku berharap bahwa pemilihan presiden di masa depan akan benar-benar mencerminkan esensi demokrasi, yaitu hak semua warga negara untuk memilih pemimpin yang mereka anggap terbaik, tanpa campur tangan dari keluarga politik atau kekuatan lain yang mengganggu.
Aku ingin melihat masa depan di mana demokrasi tetap kokoh, memberikan kesempatan bagi para pemimpin yang berkompeten dan berintegritas untuk muncul tanpa terhalang oleh dinasti politik. Hanya dengan demikian kita dapat memastikan bahwa negara ini terus berkembang dan mewujudkan harapan warga negara seperti aku, yang duduk di teras rumah panggung di daerah Banyuasin ini, untuk masa depan yang lebih baik (***)
Posting Komentar